Sebagai seorang terapis seks, ada beberapa kecenderungan yang diamati Kerner terkait hubungan antara wanita dan pornografi, antara lain sebagai berikut:
- Lebih banyak pasangan yang menikmati film porno bersama, dengan wanita yang sering memimpin dalam memilih materi film porno.
- Lebih banyak wanita menggunakan film porno untuk mendapatkan mood untuk seks atau menikmati seksualitas mereka sendiri
- Lebih banyak wanita menggunakan film porno untuk mempelajari teknik-teknik seksual baru atau untuk mengeksplorasi situasi petualang seksual
- Lebih banyak wanita menggunakan film porno untuk memuaskan keingintahuan umum tentang seks secara keseluruhan
- Lebih banyak wanita merasa nyaman dan percaya diri dalam menegaskan pendapat mereka pada subjek pada media porno.
"Singkatnya, wanita semakin menggunakan film porno untuk cukup banyak alasan (dan kesenangan) yang sama dengan pria. Sementara, pria semakin terkejut menemukan pasangan wanitanya tertarik dengan film porno," ujar Kerner.
Menurut Kerner secara biologis dan sosiologis, pria dan wanita memiliki alasan yang berbeda untuk menonton film porno.
Dari sisi biologis, lanjut Kerner, hasrat seksual wanita lebih kompleks dibandingkan pria. Pada pria, stimulasi visual mengarah cepat untuk gairah seksual dan sering datang keinginan untuk orgasme. Pornografi dapat menginisiasi 'sirkuit seksual' pria dengan sangat cepat.
"Itu tidak berarti bahwa wanita tidak menanggapi rangsangan visual dengan baik atau stimulasi yang tidak mengarah pada stimulasi genital, tapi gairah itu tidak selalu memicu keinginan yang sama dengan apa yang dilakukan pria," jelas Kerner.
Pada sisi sosiologis, Kerner mengatakan kaum wanita telah diberitahu bahwa film porno adalah kejahatan. Film Porno telah mengeksploitasi dan merendahkan wanita, dan wanita yang menikmati film porno adalah pengkhianat kaumnya sendiri.
"Beberapa wanita mungkin masih merasa hal ini benar dan ada banyak wanita yang merasa tidak nyaman dengan film porno, tetapi ada banyak juga wanita yang tidak setuju dan justru melihat film porono sebagai bentuk pilihan pribadi untuk pelarian erotis, dan itu bukan masalah yang besar," ujar Kerner.
Yang ditakutkan maraknya film porno ini akan memberikan efek negatif bagi mereka yang belum dewasa. Apalagi dari hasil penelitian itu keinginan melihat film porno rata-rata muncul saat usia anak 10 tahun.