Berdasarkan data yang dihimpun PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana
Indonesia) tahun 2011 menunjukkan remaja yang mengaku pernah melakukan
hubungan seks pranikah adalah remaja usia 15-18 tahun. Sebanyak 60% di
antaranya mengaku tidak menggunakan alat kontrasepsi dan mengaku
melakukannya di rumah sendiri.
Tragis memang, tapi itulah kenyataannya karena kurangnya hnformasi atau
pengetahuan akan reproduksi dan seksual yang benar menjadikan seks
sebagai ajang coba-coba yang berujung pada beberapa risiko di antaranya
kehamilan.
"Seksual aktif di kalangan remaja adalah realitas yang tidak bisa
dipungkiri. Tingginya remaja yang melakukan seks pranikah di rumah
karena orangtua merasa aman kalau membiarkan anaknya ada di rumah
sendiri, sehingga tidak terlalu diawasi. Padahal, remaja paling banyak
melakukannya di rumah," kata Deputi Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan
Keluarga BKKBN Dr Sudibyo Alimoeso, MA di Jakarta,
Sudibyo menjelaskan seks memang kerap digunakan remaja sebagai ajang uji
coba dan rasa penasaran. Ini terjadi karena kurangnya pengetahuan
kesehatan reproduksi dan seksual yang dimiliki remaja.
Selain itu, kurangnya pengawasan orangtua di rumah juga seringkali
membuat remaja merasa nyaman dan aman untuk melakukan hubungan seks
pranikah.
"Ini juga karena pengetahuan orangtua yang tidak cukup untuk
berkomunikasi tentang seksualitas dengan anak. Anak seharusnya
mendapatkan informasi yang tepat dari orangtua agar dia tidak
mendapatkan informasi yang salah dari luar, karena menurut survei
kebanyakan remaja dapat informasi tentang seks dari temannya," jelas
Sudibyo.
Karenanya, sambung Sudibyo, para remaja ini sebenarnya memerlukan
pelayanan kesehatan reproduksi lebih spesifik. Terutama bagi remaja yang
mengalami risiko Tiad KRR (seksualitas, HIV/AIDS dan Napza).
"Dengan mendapatkan informasi yang benar mengenai risiko Kesehatan
Reproduksi Remaja (KRR), maka diharapkan remaja akan semakin
berhati-hati dalam melakukan aktivitas kehidupan reproduksinya," tegas
Sudibyo.
Sumber:
Sumber: